Daerah Bernegara

0 0
Read Time:1 Minute, 51 Second

Memimpin adalah melayani , demikian yang saya anggap benar jika boleh ambil kesempatan menilai tentang wacana kepemimpinan , karena istilah serve the people meskipun tidak penting darimana secara konseptual, hasil konsistensinya yang menjadi arti pentingnya. 

Perkenankan ,mengambil gambaran wacana keren tentang pemimpin dan sosok yang ideal memimpin, baik dalam skala kecil maupun memimpin kebhineka-an ini.  Dulu pernah beberapa waktu lalu menafsirkan soal entitas kepemimpinan ide yang riil , alias tanpa meninggalkan semestinya dilakukan dan dikerjakan sebelum peranan tersebut berganti terfikir setelah lewat masanya. Analogi altruisme mirip semacam kualitas diri yang memilih melakukan setelah banyak rencana dan putusan akhirnya adalah tidak berjalanya hasil fikir tersebut, analogika mirip seperti saat mengalami sebuah peristiwa , satu ketika kepala sekolah akan melakukan pelantikan wisuda, dan memberikan sebuah pesan dan model serangakain kegiatan yang harus dilakukan oleh lulusan dari sekolah tersebut. Saat beliau bergegas menuju tempat acara dan tampak juga undangan yang memacu jalan nya  , tanpa sadar terlihat sebuah kejadian , ibu pedagang sayur terguling sepedanya yang tentu saja mengalami luka. Sehingga jalan menjadi makin ramai dan jam waktu ke podium juga tinggal beberapa saat. Sehingga hal yang mungkin terbayang adalah soal tepat waktu dan rencana mulai. Sehingga dengan pemahaman akan ada yang menolong dan atau semacam pemikiran tersebut, sang kepala dan rombongan memilih tepat waktu hadir di acara. Dari spion mobil terlihat seorang perempuan kecil usia belasan berhenti, memarkir sepeda dan menolongnya.. Namun hal tersebut menjadi sebuah dilema bagi penafsiran kita.

Sepemahaman saya mah seringnya salah menaruh soal mentalitas dan realitas sosial dalam sebuah pola yang  justru acapkali menjadi debat saja dalam kepala kita, bukan dalam kepalan,  hampir mirip seperti debat tanpa debat.  Bukan semacam bacaan yang kritis tentang suatu hal reaksioner alias salah kaprah lagi dalam membangun sistem keputusan yang koheren dengan realitas yang semestinya di lakukan. Jadi idealnya sosok pemimpin adalah sebuah wadah kumpulan tindakan bijak yang dipilih untuk manusia lain nya, sinergis dengan keragaman ekologis. Karena memimpin itu melayani. 

Satu hal saja , kenapa kepala sekolah tersebut tidak memotong waktunya sebentar meski hanya membangunkan si tukang sayur untuk memberi kesempatan empati bertidak?… 

Realitas sosial yang kembali menakar tiap peristiwa, dan pemimpin mempunyai isi dan tempat bagaimana berpikir ala mereka dan terjun untuk menyimpulkan kebutuhan realitas yang selaiknya berdasar realitas tersebut..

Mari bernegara!

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Categories:

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *